Daun Kelor si Penangkal Radikal Bebas

Daun Kelor si Penangkal Radikal Bebas

SEBAGIAN masyarakat Indonesia mungkin mengenal daun kelor sebagai daun yang erat kaitannya dengan hal-hal mistis, namun tahukah anda banyak peneliti mengungkapkan bahwa daun kelor merupakan sumber yang kaya akan gizi? Rockwood, Anderson, dan Casamatta (2013) menggambarkan superioritas kandungan gizi daun kelor yang memiliki vitamin A 10 kali lebih banyak dari wortel, kalsium 17 kali lebih banyak dari susu, zat besi 25 kali lebih banyak dari bayam, vitamin C 7 kali lebih banyak dari jeruk, dan kalium 15 kali lebih banyak dari pisang. Kandungan gizi daun kelor tersebut berperan terhadap salah satu manfaat kesehatan yang ditawarkan oleh daun kelor yaitu menangkal radikal bebas. Istilah radikal bebas mungkin sering terdengar dalam kaitannya dengan kesehatan, namun apakah sebenarnya radikal bebas itu? Secara kimiawai, radikal bebas merupakan senyawa yang kehilangan pasangan elektronnya. Dalam rangka mencari pasangan elektronnya radikal bebas menjadi sangat reaktif sehingga dapat menyerang sel-sel tubuh manusia dan pada akhirnya memicu berbagai penyakit seperti kanker, inflamasi, diabetes, penyakit jantung, darah tinggi, dan masih banyak lagi. Radikal bebas sebenarnya dihasilkan secara alami melalui metabolisme tubuh, namun bahaya bisa terjadi ketika jumlah radikal bebas terlalu banyak dan tubuh tidak mampu menetralisir senyawa radikal bebas tersebut. Netralisir senyawa radikal bebas dilakukan oleh senyawa yang dikenal sebagai antioksidan. Sama halnya seperti radikal bebas, tubuh secara alami menghasilkan senyawa antioksidan. Antioksidan bekerja dengan cara menerima atau mendonasikan elektronnya pada elektron tidak berpasangan yang dimiliki radikal bebas. Namun, perkembangan zaman yang semakin modern menghadirkan sumber radikal bebas eksternal melalui polutan udara, bahan kimia industrial, makanan, maupun kebiasan merokok yang dapat meningkatkan jumlah radikal bebas dalam tubuh kita. Oleh karena itu, konsumsi senyawa antioksidan dari luar tubuh dibutuhkan untuk membantu tubuh melawan radikal bebas. Konsumsi daun kelor menjadi salah satu solusi yang mampu menangkal radikal bebas karena mengandung berbagai senyawa antioksidan di antaranya vitamin A, vitamin C, vitamin E, glukosinolat, serta senyawa fenolik seperti quercetin dan kaempferol. Salah satu cara untuk memperoleh manfaat kesehatan daun kelor adalah dengan mengonsumsinya sebagai minuman, namun senyawa glukosinolat pada daun kelor menyebabkan rasa pahit yang kurang disukai oleh sebagian orang. Pengolahan daun kelor yang dicampurkan ke dalam gula pasir menjadi opsi menarik karena gula pasir tidak hanya memberikan rasa manis namun juga murah, mudah diperoleh, dan mudah larut dalam air. Meskipun terdengar asing, namun metode ko-kristalisasi dapat dilakukan untuk menghasilkan serbuk daun kelor dan gula secara relatif sederhana dengan peralatan yang umum tersedia di dapur kita. Metode tersebut dilakukan dengan memasak gula pasir secara bersamaan dengan air rebusan daun kelor disertai pengadukan konstan hingga tercapai kekentalan dan suhu di atas 120°C. Padatan daun kelor bercampur gula yang dihasilkan kemudian dihaluskan untuk menghasilkan serbuk daun kelor. Serbuk daun kelor yang dihasilkan tidak hanya memiliki rasa yang lebih enak, namun juga praktis karena dapat dikonsumsi dengan melarutkannya dengan air sehingga manfaat kesehatan daun kelor dapat kita pereroleh dengan lebih mudah. (*)   Daftar Pustaka Rockwood, J. L., Anderson, B. G., & Casamatta, D. (2013). Potential uses of Moringa oleifera and an examination of antibiotic efficacy conferred by M. oleifera seed and leaf extracts using crude extraction techniques available to underserved indigenous populations. International Journal of Phototherapy Research, 3, 61–7.   * Penulis : Fatsyarien Citra Angiputri, Mahasiswi Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran (Unpad)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: